Friday, January 4, 2013

"kupumpulan puisi dari hatiku"

"SUARA HATIKU"


Didalam batas ruang dan waktu.
Aku terbelenggu di dalam semu.
Rintih hati yang terpendam didalam.
Takkan ada yang tau selain bintang.
Dalam gelap bintangku terangi hati.
Walau hanya setitik cahayamu.
Terangi hatiku… Besarkan hatiku…
Melewati kegalauan hati ini.
Kehangatan cahayamu dalam urat nadiku.
Takkan sirna ditelan rasa.
Kini kau bagian dalam hidupku.
Terekat satu dalam kehampaan hati.
Suara hati ingin miliki bintangku.
Jadi bagian dari belahan jiwaku.
Namun ku sadari… Takkan kuingkari…
Indah cahayamu takkan pernah kugapai.
Oh tuhan… hanya satu yang kuminta.
Jangan padamkan cahaya bintangku.
Biarkan merekat erat dalam dada.
Sampai bintangku raih kebahagiaan.


Rasa Terlarang Kita
gufy's168 

Sesak rasa di dada kian menghimpit hati
Serasa tiada bisa menembus lembutnya tirai
Riak riak kehampaan mengusik rindu yang menghampiri
Ku ingin teriakkan kesyahduan sekencang badai
Dan terlepas melayang tinggi bagai awan putih

Mungkinkah kau juga rasakan rindu yang sama
Serasa ngilu yang menggigit saat bayangmu datang menggoda
Entah sudah berapa purnama kau berlalu dan menghilang
Hanyalah secuil senyum kau berikan saat kita berpisah
Dan sekilas lembut bibirmu yang menghampiri rona sebuah rasa

Ku ingin lumatkan semua rasa yang ada padamu
Dan hanya untuk menjadi sebuah kenangan rindu
Tiada saling menyakiti di semua relung kalbu
Namun lupakan rindu terlarang antara kau dan aku tiada ku mampu
Hanya waktu kan menjawab semua rasa rindu yang membelenggu


KETIKA KU TERJAGA




Ada sayatan hati yang selalu membekas
Ketika aku mengais debu hingga ujung jalan
Aku sendiri hingga terlena
Untuk membasuh wajah
Dan sekujur tubuhku yang dipingit
Bunga liar,  warna-warni tiada semerbak wewangi

Ada juga sekilas heran
Ketika petirpun hendak menyelinap
Menghangus belahan di dada ini
Yang berisi ilalang yang mengering pilu

Sebentar ku hanyut dalam arah Sang Maha Luas
Ditepi yang tak pernah berujung
Hingga aku tautkan benang emas
Agar aku merasakan keelokan pagi
Dan burungpun bernyanyi
Lantas hanya sebuah sujud yang tersisa



DI TEMPAT  YANG BARU TANPA PERTEMUAN


Ketika kaki  yang penat dan telanjang mulai berbicara
Pada sekumpulan batu yang bergerigi
Sementara pohon palmapun telah mengering
Sudah tiada lagi rirumbunan untuk semayamkan
Setengah nafasku, yang mengeringkan tenggorokan

Aku hanya mendekat pada Yang Satu
Yang berwajah tepat di titik pandang hidupku
Aku panggil dengan sebuah nama
Sementara gejolak ombak lautpun
Hendak menerkam hati yang telanjang

Aku hanya sekerat daging dan tulang
Yang bernafaspun hanya karena IdzinMU
Lantas bilamana telaga hidup
Sudah tak aku hitaukan
Hanya mesra dan larut di pelukMU
Untuk kembali di balik jubah putihMU



ASA DIMANAKAH KAU GENGGAM JIWAKU



Akhirnya tinggal satu
Yang amat teduh
Bila dibawah Sang Sejuk
Aku hinggapkan
Panas yang melegami tubuh
Keringat yang membusukan kulit

Akhirnya tinggal satu
Setelah kulepas pakaian bersulam
Aroma tembang padang
Hanya ilalanglah temanku
Hanya kemunafikan arahku

0 komentar: